Donggala Bagian Dari Kutai Kartanegara, Bekas Kekuasaan Majapahit

Penulis ; R Mas MH Agus Rugiarto | Agus Floureze
Tulisan yang di buat kali ini hanyalah sebuah pendapat saya memahami secara geologi dan metafisik, digabungkan dengan teori Ilmiah yang tercatat dalam sejarah.
Saya tidak tau persis Nama Donggala saat itu, yang pasti dalam kajian ilmiah penulis, bahwa Donggala tersebut Bagian dari Kutai Kartanegara yang merupakan daerah maritim penghubung dengan Kerajaan Majapahit, melalui laut lepas Makasar dan Laut Jawa.

Menurut Penulis jarak Kutai Kartanegara Kalimantan Timur dan Donggala Sulawesi Tengah hanya berjarak 360 KM melewati Laut Makassar, artinya cukup dekat jaraknya hanya dibatasi laut lepas, sehingga wajar Donggala merupakan pusat maritim penghubung dengan Kalimatan Timur.
Menurut pendapat saya, keberadaan Pulau Sulawesi dan Kalimantan dalam peta Indobesi The Last Glacical Maximum (LGM) di 21.000 tahun di prediksikan satu pulau, dan terpisahnya akibat pencairan es beribu ribu tahun lamanya, diprediksikan sebelum adanya peradaban.
Bisa juga diakibatkan adanya pergeseran Kutub magnet bumi atau kerap disebut geomagnet dari ribuan tahun berabat abat lamanya, menjadi pulau Kalimantan terpisah dengan Sulawesi diakibatkan Fonomena Alam.
Dugaan kuat diakibatkan melemahnya kekuatan medan magnet Bumi, yang rata-rata mengalami pelemahan 10 persen per abad, sehingga terjadi terpisah pulau tersebut.
Menurut pandangan saya, Kutai Karta Negara Bagian dari kekuasaan Kerajaan Majapahit, dimana KAKAWIN Nagarakrtagama menyebut pengaruh Kerajaan Majapahit sangat luas, meliputi hampir seluruh negara Indonesia sekarang, dari daerah di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga bagian timur.
Luasnya daerah yang terpengaruh Majapahit itu dikuatkan oleh penjelajah Portugis, Tome Pires. Menurutnya, sampai kira-kira awal abad 15, pengaruh Majapahit masih menguasai hampir seluruh Nusantara.
Terlepas dari itu, Keberadaan Kutai Kartanegara dan Donggala cukup dekat hanya dibatasi Laut Makassar, sehingga jarak yang cukup dekat itu, bisa dikatakan Donggala bagian dari Kekuasaan Majapahit, bisa jadi tempat perdagangan maritim ekonomi melalui laut dari Kalimantan menyebrangi Sulawesi menuju Kerajaan Majapahit melalui laut lepas Jawa.
Menurut arkeolog Hasan Djafar, harus diakui Majapahit pada waktu itu merupakan sebuah kerajaan besar dengan basis ekonominya yang bersifat agraris semikomersial. Hubungan dengan kerajaan lain di Nusantara merupakan hubungan kerja sama regional yang saling menguntungkan.
Majapahit berkepentingan memperoleh komoditas perdagangan dan daerah pemasaran untuk produk agrarisnya.
Oleh karena itu, Tepatlah VOC menyebut Donggala Pelabuhan Perdagangan Utama di Sulawesi.
Dan saat itu Kerajaan Majapahit berkewajiban melindungi daerah-daerah di Nusantara itu untuk menjaga kestabilan, khususnya di bidang sosial ekonomi.
Meski begitu, C.C. Berg, ahli bahasa Jawa, dalam banyak tulisannya menegaskan bahwa Majapahit memiliki kerajaan kecil salah satunya Kutai Karta Negara dan sekitarnya yang dibatasi maritim.
Untuk nama Kutai sendiri, menurut catatan kitab Negarakertagama adalah Tanjung Kute. Tanjung Kute merupakan negara vasal (negara kekuasaan) kerajaan Majapahit di Kalimantan. Para pedagang Cina melafalkan kata Kutai dengan Kho-Thay, yang mana Kho artinya kerajaan dan Thay artinya besar. Orang India menyebutnya Quetairy yang artinya hutan belantara.
Dari hal itu banyak Peradaban Cina, India dan Arab masuk diwilayah Donggala, terlihat juga dalam kultur wajah asli Kaili hampir mirip Wajah Masyarakat India.
Masih berdasarkan buku karya Ni Komang Ayu Astiti, di Kabupaten Kutai Kartanegara pernah berdiri dua kerajaan dengan nama Kutai. Kerajaan pertama adalah Kutai Mulawarman atau Kutai Martadipura yang berdiri sekitar awal abad ke-5 masehi. Kerajaan kedua adalah kerajaan Kutai Kartanegara yang berdiri pada abad ke-13 masehi dengan pusat kerajaan di Jaitan Layar, Hilir Sungai Mahakam. Tepatnya, kerajaan ini terletak di desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana.
Menurut Salasilah Kutai, raja Kerajaan Kutai Kartanegara bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Sementara itu, ketika kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Pangeran Aji Dipati Tua pada tahun 1715 hingga 1745, pusat kerajaan di Jaitan Layar mengalami kekacauan karena kerap jadi sasaran perampok ‘Lamun Solok’.
Jika dilihat Berdirinya Donggala ditahun 1600, bisa diterima akal , ketika terjadinya kekacauan sebagian masyarakat Kutai melarikan atau dipindahkan di Pesisir Donggala dan sebagian dipindahkan ke hulu Sungai Mahakam yaitu Pamarangan (Jembayan).
Karena penempatan pusat kerajaan Kutai Kartanegara di sekitar muara sungai jadi cirikhas kerajaan bercorak Islam dan maritim, sudah sangat tepat Donggala bagian dari Kutai Kartanegara bercorak Marintim Keislaman, artinya bicara Marintim tidak mungkin di darat, akan tetapi Marintim adalah dilaut.
ma·ri·tim dalam Kamus KBBI adalah berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut;
Sehingga tepat, kalau saya katakan Donggala bagian dari Kerajaan Kutai Kartanegara, yang lebih kearah maritim ke Islaman.
Akibat letak yang strategis ini, kerajaan Kutai Kartanegara jadi lalu lintas perdagangan pada masa itu yang melewati Sulawesi.
Mengapa Kutai Kartanegara bagian dari Kerajaan Majapahit?
“Nagarakrtagama menyebut daerah di Nusantara termasuk Kutai Kartanegara dan sekitarnya yang membatasi maritim merupakan daerah yang dilindungi oleh Sri Maharaja Majapahit.
Sebenarnya Konsep Maritim dizaman Majapahit, Pelabuhan Donggala suda maju saat itu, karena salah satu Pusat Maritim antara Majapahit dengan kerajaan lain di kawasan Asia Tenggara seperti, Syanka, Ayodhyapura, Dharmmanagari, Marutma, Rajapura, Singha-nagari, Champa dan Kamboja, melewati Laut Lepas Makasar dan Laut Lepas Pacific.
Selain itu, Jarak Makassar dan Jawa Timur hanya berkisar 901 KM, yang artinya Telah jelas Sulawesi bagian maritim Kerajaan Majapahit mengikuti laut jawa.
Tulisan ini saya buat penghilang stress, dengan kesibukan sehari hari sebagai lawyer di Jakarta Pusat, email: pengacaraphasivic@gmail.com