Gubernur Nyentrik di Palu, Sulteng

JAKARTA– Menyadari kondisi bangsa Indonesia khusus Sulteng saat ini, Teater PlakPlik Indonesia Sulteng kembali membuka naskah drama Gubernur Nyentrik yang ditulis Agus T. Syam tahun 2007, dan telah banyak dipentaskan oleh kelompok-kelompok teater di Indonesia dalam kurun waktu 14 tahun sejak naskah tersebut dimuat dalam bank naskah teater Indonesia tahun 2008.
Diketahui, Agustan T. Syam adalah salah satu Aktivis98 di Untad, Palu, Sulteng, yg turut gelorakan lawan Orde Baru ditahun-tahun 90an, terutama lewat karya2nya sejak mahasiswa di Kampus Tadulako, Palu.
Kini, Seniman nyentrik ini, telah bergelar Doktor dan terus aktif gerakkan partisipasi masyarakat seni Kota Palu Sulteng.
Kembali ke GUBERNUR NYENTRIK.
Apa yang menarik dalam Gubernur Nyentrik?
Penulis/Sutradara Agustan T. Syam (Agus T. Syam) menceritakan kepada beberapa calon sutradara yang meminta izin untuk mementaskan naskah tersebut. Penulis secara lugas menggambarkan bahwa pada suatu ketika di Indonesia akan ada sosok gubernur yang nyentrik; bisa disebut unik, berbeda, dan lahir dari rakyat tanpa metafora-metafora ketika dia menjabat, tidak perlu pencitraan yang berlebihan, perilaku asli yang tidak dibuat-buat dan berani mengambil resiko untuk kepentingan rakyat sehingga dihormati oleh kawan dan disegani oleh lawan.
Pertunjukan Teater Gubernur Nyentrik akan dihelat di Kota Palu sebagai ekspresi kesyukuran penulis dan Teater Plakplik atas peristiwa politik yang nyata terjadi saat ini.
Gubernur Nyentrik menyuguhkan simbol-simbol seorang Gubernur yang merakyat, apa adanya, sederhana, dekat rakyat bukan karena pencitraan, namun karena dia memang lahir dari rakyat dan dibesarkan oleh ‘akar rumput”.
Agus T. Syam secara spesifik menerangkan bahwa pesan yang ingin disampaikan kepada publik dari Gubernur Nyentrik adalah; saat ini Sulteng telah memilih Gubernur baru yang terlepas dari sekat-sekat masyarakat, yang mampu merangkul semua kalangan, dalam kesempatan yang sama mampu menyatukan tindakan realistis, idealis, dan pragmatis, termasuk pula anti-feodalisme.
Hal yang tidak semua dimiliki pemimpin. Hanya orang-orang yang lahir dari tempaan dan proses yang panjang. Itulah yang diinginkan sebagai bentuk restorasi dan revolusi mental di Indonesia. Secara tegas penulis dan sutradara ingin agar Gubernur Nyentrik tetap mampu mempertahankan idealisme kerakyatannya, sederhana, dekat dengan rakyat, berani untuk out of the box jika itu untuk kepentingan rakyat. Itulah sosok pemimpin yang didambakan dalam pertunjukan teater tersebut.
Sebagai sebuah teater, Gubernur Nyentrik berisi kritik dan gagasan-gagasan “mendobrak” yang disuguhkan secara realistis sebagai sebuah tontonan komedi situasi yang menghibur, sebagai ciri khas kelompok Teater PlakPlik yang didirikan tahun 1991.
Semoga masyarakat Sulteng dan Indonesia “bahagia” dengan tontonan ini.
(Ista, Kontributor Phasivic Palu)